TEORI BELAJAR MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD
PENDAHULUAN
Pengajaran
matematika hendaknya diarahkan agar siswa mampu secara mandiri
menyelesaikan masalah-masalah matematika ataupun masalah-masalah yang
lain yang diselesaikan dengan bantuan matematika.
Untuk
lebih meningkatkan kemampuan diri sebagai pengajar profesional, guru
perlu mengetahui teori belajar yang dikemukakan beberapa ahli pendidikan
dan aplikasinya dalam pembelajaran matematika.
Tidak
hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun
demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa
dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan tersebut. Pengajaran yang tidak memperhatikan tahap
perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa
mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai
dengan kemampuan dalam menyerap materi yang diberikan.
Begitu
pentingnya pengetahuan tentang teori belajar dalam sistem penyampaiaan
materi dalam kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan teori-teori belajar yang dikemukakan oleh ahli
pendidikan. Beberapa teori belajar psikologi diaplikasikan dalam
pendidikan, dan diungkapkan bagaimana implikasinya dalam pengajaran
matematika.
PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran matematika, guru perlu memahami teori-teori belajar. Yang
nantinya itulah yang dijadikan pedoman dalam membuat suatu metode
pembelajaran. Ada beberapa teori-teori pembelajaran matematika di SD
yang diungkapkan oleh para ahli.
1. Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner
Teori ini menyatakan bahwa :
“Belajar
matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran di arahkan kepada
konsep-konsep dan stuktur yang termuat dalam pokok bahasan yang
diajarkan dan dengan menggunakan alat peraga serta diperlukannya
keaktifan siswa tersebut.”
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam
tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
Yaitu dengan menggunakan benda-benda yang konkrit atau peritiwa yang
biasa terjadi.
Contoh : Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya memberikannya lagi 3 pinsil.
Berapa banyak pinsil Budi sekarang ?
b. Tahap Ikonik
Dalam
tahap ini kegiatan dilakukan siswa berhubungan dengan mental, di mana
siswa mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam
bentuk bayangan mental. Misalnya dengan membayangkan dalam pikirannya
tentang benda atau peristiwa yang dialaminya, walaupun benda tersebut
tidak ada dihadapannya lagi atau dengan menggunakan gambar.
Contoh :
!! + !!! = …
c. Tahap Simbolik
Dalam
tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk
simpul dan bahasa. Anak tidak terikat lagi dengan objek-objek pada
tahap sebelumnya dan sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan
terhadap objek real.
Contoh : 2 pinsil + 3 pinsil = …pinsil
Berdasarkan hasil pengamatannya, Brunner merumuskan 5 teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1) Teorema Penyusunan
Menerangkan
bahwa cara yang terbaik memulai belajar suatu konsep matematika, dalil,
defenisi, dan semacamnya adalah dengan cara menyusun penyajiannya.
Misalnya dalam mempelajari penjumlahan bilangan positif dan negatif
siswa mencoba sendiri dengan menggunakan garis bilangan.
2) Teorema Notasi
Menerangkan
bahwa dalam pengajaran suatu konsep, penggunaan notasi-notasi
matematika harus diberikan secara bertahap, dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks.
3) Teorema Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Menerangkan
bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep matematika dari yang konkrit ke yang lebih abstrak.
Dalam hal ini diperlukan banyak contoh. Contoh yang diberikan harus
sesuai dengan rumusan yang diberikan. Misalnya menjelaskan persegi
panjang, disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat
lainnya selain persegi panjnag. Dengan demikian siswa dapat membedakan
apakah segi empat yang diberikan padanya termasuk persegi panjang atau
tidak.
4) Teorema Pengaitan
Menerangkan
bahwa dalam matematika terdapat hubungan yang berkaitan antara satu
konsep dengan konsep yang lain. Di mana materi yang satu merupakan
prasyarat yang harus diketahui untuk mempelajari materi yang lain.
2. Teori Belajar Menurut Van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa :
“Tiga
unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran
dan metode pengajaran yang diterapkan, jika secara terpadu akan dapat
meningkatkan kemapuan berfikir siswa kepada tingkatan berfikir yang
lebih tinggi.”
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar geometri, yaitu :
a. Tahap Pengenalan
Pada
tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri secara
keseluruhan namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bangun
geometri yang dilihatnya.
b. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya.
c. Tahap Pengurutan
Pada
tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu bangun
geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang satu
sama yang lainnya saling berhubungan.
d. Tahap Deduksi
Pada
tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu
menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal yang bersifat
khusus serta dapat mengambil kesimpulan.
e. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa mulai
menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasar yang melandasi
suatu pembuktian. Tahap berfikir ini merupakan tahap berfikir yang
paling tinggi, rumit, dan kompleks, karena di luar jangkauan usia
anak-anak SD sampai tingakat SMP.
3. Teori Belajar Menurut William Brownell
Teori ini menyatakan bahwa :
“Belajar
matematika merupakan belajar bermakna, dalam arti setiap konsep yang
dipelajari harus benar-benar dimengerti sebelum sampai pada latihan atau
hafalan.”
Brownell mengemukakan tentang Teori Makna (Meaning Theory) sebagai pengganti Teori Latihan Hafal/Ulangan (Drill Theory).
Intisari dari teori Drill adalah :
· Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis sebagai kumpulan fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
· Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang banyak sekali tanpa diperhatikan pengertiannya.
· Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan nanti dalam kesempatan lain.
· Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan melalui pengulangan.
Brownell mengemukakan ada 3 keberatan utama berkenaan dengan teori Drill dalam pengajaran matematika, yaitu :
1. Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang hampir tidak mungkin dicapai.
2. Keberatan yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan oleh drill.
3. Tidak memadai dalam pengajaran aritmatika, karena tidak menyediakan kegiatan untuk berfikir secara kuantitatif.
Sedangkan intisari dari teori makna adalah :
· Anak harus melihat makna dari apa yang dipelajarinya.
· Teori drill dipakai setelah konsep, prisip, dan proses telah dipahami oleh siswa.
· Mengembangkan kemampuan berfikir dalam situasi kuantitatif.
· Program aritmatika membahas tentang pentingnya dan makna dari bilangan.
4. Teori Belajar Menurut Van Eugen
Teori ini menyatakan bahwa :
“Tujuan
pengajaran aritmatika adalah untuk membantu anak memahami suatu simbol
yang mewakili suatu himpunan, kejadian, dam serentetan kegiatan yang
diberi simbol itu harus langsung dialami oleh anak.”
Van Eugen (1949), seorang penganut teori makna mengatakan bahwa dalam situasi yang bermakna selalu terdapat 3 unsur, yaitu :
a. Ada suatu kejadian (event), benda (object), atau tindakan (action).
b. Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai penyataan yang mewakili unsur pertama di atas.
c. Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol yang mengacu kepada unsur pertama di atas.
Van Eugen membedakan makna (meaning) dan mengerti (understanding),.
Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh individu. Individu
yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat, implikasi logis dan
sebaris pemikiran yang mengandungkan dua atau lebih pernyataan secata
logis makna adalah sesuatu yang dibaca dari sebuah simbol oleh seorang
anak. Dengan kata lain anak menyadari bahwa simbol adalah sesuatu
pengganti suatu objek.
5. Teori Belajar Menurut Prof. Robert M. Gagne
Teori ini menyatakan bahwa :
“Dalam pembelajaran matematika di SD diperlukan objek belajar matematika dan tipe-tipe belajar.”
1. Objek Belajar Matematika
Menurut
Gagne bahwa dalam belajar matematika dua objek yaitu objek langsung dan
objek tidak langsung. Objek tidak langsung mencangkup kemampuan
menyelidik, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan
tahu bagaimana semestinya belajar.
2. Tipe-Tipe Belajar
Telah
dibedakan ke dalam 8 tipe belajar yang terurut kesukarannya dari yang
sederhana sampai kepada yang kompleks. Urutan ke 8 tipe belajar itu
adalah :
¨ Belajar isyarat (signal learning), yaitu belajar sesuatu yang tidak disengaja.
¨ Belajar stimulus respon (stimulus responses learning), yaitu belajar sesuatu dengan sengaja dan responnya adalah jasmani.
¨ Rangkaian gerak (motor learning), yaitu belajar dalam bentuk perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
¨ Rangkaian verbal, yaitu berupa perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
¨ Belajar membedakan, yaitu belajar memisahkan rangkaian yang bervariasi. Ada dua macam belajar membedakan, yaitu :
§ Membedakan tunggal, yaitu berupa pengertian siswa terhadap suatu lambang.
§ Membedakan jamak, yaitu membedakan beberapa lambang tertentu.
¨ Belajar konsep ( concept learning), yaitu belajar atau melihat sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa.
¨ Belajar aturan (rule learning), yaitu memberikan respon terhadap semua stimulus dengan segala macam perbuatan.
¨ Pemecahan masalah (problem solving),
yaitu masalah bagi siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya tetapi siswa
telah memiliki prasyarat hanya siswa belum tahu proses algoritmanya.
6. Teori Belajar Menurut Zoltan P. Dienes
Teori ini menyatakan bahwa :
“Tiap-tiap
konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang
konkrit akan dapat dipahami dengan baik dan benda atau objek dalam
bentuk pemainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam
pengajaran matematika.”
Dalam konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :
a. Permainan Bebas (Free Play)
Yaitu
dengan melakukan aktifitas yang tidak berstruktur dan tidak diarahkan.
Di mana siswa mengadakan percobaan yang mengotak-atik benda-benda
konkrit dan abstrak dari unsur yang sedang dipelajarinya itu.
b. Permainan yang Disertai Aturan (Games)
Siswa meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for comunities)
Siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
d. Representasi (Representasi)
Yaitu
tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis.
Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu yang
bersifat abstrak. Dengan demikian telah mengarah pada pengertian
struktur matematika yang sifatnya abtrak yang terdapat dalam konsep yang
sedang dipelajari.
e. Simbolisasi (Symbolization)
Yaitu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.
f. Formalisasi (Formalization)
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
7. Teori Belajar Menurut Jean Peaget
Teori ini menyatakan bahwa :
“Jika
kita akan memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak didik, maka
kita harus memperhatikan tingkat perkembangan berfikir anak tersebut.”
Dengan
teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental Anak (Mental atau
Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang menyebutnya Teori Tingkat
Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan kemampuan berfikir anak
menjadi empat tahapan yaitu :
· Tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)
· Tahap operasional awal/piaoperasi (usia 2 sampai 7 tahun)
· Tahap operasional/operasi konkrit (usia 7 sampai 11/12 tahun)
· Tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
Jadi,
agar pelajaran matematika di SD dapat dimengerti oleh para siswa dengan
baik, maka seyogianya mengajarkan sesuatu bahasan harus diberikan
kepada siswa yang sudah siap untuk dapat menerimanya.
Tahapan perkembangan intelektual atau berfikir siswa di SD dalam Pembelajran Matematika yaitu :
- Kekekalan Bilangan (Banyak)
Bila
anak telah memahami kekekalan bilangan, amak ia akan mengerti bahwa
banyaknya benda-benda itu akan tetap walaupun letaknya berbeda-beda.
Konsep kekekalan bilangan umumnya dicapai oleh siswa usia 6 sampai 7
tahun.
- Kekekalan Materi (Zat)
Anak
baru bisa memahami yang sama atau berbeda itu dari satu sudut pandang
yang tampak olehnya. Belum bisa melihat perbedaan atau persamaan dari
dua karakteristik atau lebih. Hukum kekekalan materi umumnya dicapai
oleh siswa usia 7 sampai 8 tahun.
- Kekekalan panjang
Konsep kekekalan panjang umumnya dicapai oleh siswa usia 8 sampai 9 tahun.
- Kekekalan luas
Hukum kekekalan luas umumnya dicapai oleh siswa usia 8 sampai 9 tahun.
- Kekekalan berat
Hukum kekekalan berat umumnya dicapai oleh siswa usia 9 sampai 10 tahun.
- Kekekalan isi
Usia sekitar 14-15 tahun atau 11-14 tahun anak sudah memiliki hukum kekekalan isi.
- Tingkat pemahaman
Tingkat
pemahaman di usia SD masih mengalami kesulitan merumuskan defenisi
dengan kata-katanya sendiri. Mereka belum dapat membuktikan dalil secara
baik.
8. Teori Belajar Menurut Edward L. Thondike
Teori belajar ini menyatakan bahwa :
“Pada
hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara
stimulus dan respon dan belajar lebih berhasil bila respon siswa
terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar