KERAJAAN HINDU-BUDDHA DAN ISLAM DI INDONESIA
A. MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU KE INDONESIA
Hubungan
dagang antara Indonesia dengan India berpengaruh terhadap masuknya
budaya Hindu - Budha ke Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke
Indonesia oleh para bhiksu, sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke
Indonesia terdapat 4 teori sebagai berikut :
11. Teori Ksatria
2. Teori Waisya
2. Teori Waisya
3.Teori Brahmana
4. Teori Campuran
Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan.
B. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan
Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan
Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan
Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut
agama Hindu.
Peninggalan
terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan
bahwa "Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman
yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga
orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu
prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan
terhadap Dewa Syiwa.
C. TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari
kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima
diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu,
Bekasi dan satu lagi ditemukan di desa Lebah, Banten Selatan.
Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kebon Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.
D. KERAJAAN SRIWIJAYA
Keadaan
alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan
keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian.
Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan
sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa
faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
besar antara lain sebagai berikut :
1. Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
2. Kemajuan
kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka,
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
3. Keruntuhan
Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim
(sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan
berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690
sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun
690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah
prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf
Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah
sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor
Letak
Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun
demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain
menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
1. Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
2. Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 - 1292.
4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
5. Adanya
serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan
Majapahit.
E. KERAJAAN MATARAM HINDU-BUDHA
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti
Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra
membangun arca Majusri (= candi sewu). Pengganti raja Dharanindra,
adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama
Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan (= gelar Pramodawardhani)
berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan
meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang sudah
dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik
Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856
Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun
usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram
menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
1.
Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan
terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa
merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian
dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu
Sindok ke Jawa Timur.
F. PERPINDAHAN KERAJAAN MATARAM KE JAWA TIMUR
Pu
Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan
Raja Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada
tahun 929 M, Pu Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino
Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu
Dinasti Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun 947.
Pengganti-penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan
oleh Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.
Berdasarkan
berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990
- 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun
1016, Airlangga datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa.
Namun pada saat upacara pernikahan berlangsung kerajaan mendapat
serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang bekerjasama dengan Kerajaan
Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama dalam
pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja
Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada
tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada
tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung
Penanggungan.
G. KERAJAAN KEDIRI
Pada
akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinyam,
sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan
menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan
kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu : Jayengrana dan Jayawarsa.
Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di bagi
dua atas bantuan Pu Barada yaitu:
1. Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan
2. Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai
setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang
dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang
menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas
sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104
M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah
sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160),
1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra
(1181), Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 - 1222).
Pada
tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya.
Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan
Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
H. KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan
Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok
digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga
menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari
seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di
Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul
Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga
menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada
waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah
merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan
diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya,
raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari
dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak
lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati
hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang
lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya.
Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati
mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai
akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya.
Tohjaya
naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian
terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni
naik tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254
Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja
Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada
tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita
menyatukan Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi
Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini
bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan
Singasari. Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan
dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi
ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu
pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi
menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari.
Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya.
Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk
menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari
disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina
Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya
Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan
Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
I. KERAJAAN MAJAPAHIT
Setelah
Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu
Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya
Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja,
Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang
terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura,
pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian
datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk
menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah
meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak
kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah
berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja
Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa
meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat
menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit
dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia
juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa
pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.
Pemberontakan
yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti
berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus
melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari
dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh
Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib istana, Tanca.
Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan
keturunan.
Karena
Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah
semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah
menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh
putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi
Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini
lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan
Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada.
Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada
tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga
Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam
Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk
dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai
seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma),
Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada
tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya,
Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal,
Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya
diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam
Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek,
Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama
Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya,
Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki
dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah
keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan
Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang
dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat
dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan
kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya
melepaskan diri.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan
Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pendirinya adalah Nazimuddin al - Kamil, seorang Laksamana Laut dari
Mesir. Sementara itu di Mesir Dinasti Fatimah berhasil dikalahkan oleh
Dinasti Mamaluk. Dinasti baru ini berambisi untuk merebut Samudera Pasai
dengan mengirim Syekh Ismail. Untuk itu Syekh Ismail kemudian
bersekutu dengan Marah Silu dan berhasil merebut Samudera Pasai.
Selanjutnya Marah Silu diangkat sebagai raja Samudera Pasai dengan gelar
Sultan Malik ash Shaleh.
Pada
tahun 1297 M Sultan Malik Ash Shaleh wafat, dan dimakamkan di Kampung
Samudera Mukim Blang Me. la digantikan putranya bemama Sultan Muhammad
dengan gelar Sultan Malik at - Thahir. Ia memerintah sampai dengan tahun
1326. Ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Ahmad yang juga
bergelar Sultan Malik at - Thahir. Pada masa pemerintahannya, kerajaan
Samudera Pasai kedatangan utusan Sultan Delhi yang sedang menuju Cina
bernama lbnu Batutah pada tahun 1345.
Pengganti
Sultan Ahmad adalah putranya yang bemama Sultan Zainal Abidin yang juga
bergelar Sultan Malik at - Thahir. Setelah pemerintahan Zainal Abidin,
Samudera Pasai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan adanya perebutan
kekuasaan. Akhimya Samudera Pasai berhasil dikuasai oleh Kerajaan Islam
Malaka.
2. KERAJAAN ACEH
Pendiri
sekaligus raja pertama kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah
atau Sultan lbrahim (1514 - 1528). Sejak tahun 1515 Aceh sudah berani
menyerang Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan
Ali Mughayat Syah digantikan putranya bergelar Sultan Salahuddin (1528 -
1537). Ia tidak mampu memerintah Aceh dengan baik sehingga Aceh
mengalami kemerosotan. Oleh karena itu ia digantikan saudaranya Sultan
Alauddin Riayat Syah (1537 - 1568). Setelah Sultan Alaudin meninggal
Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering
terjadi. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai dengan Sultan
lskandar Muda naik tahta (1607 - 1636 M).
Di
bawah pemerintahan Sultan lskandar Muda, kerajaan Aceh mencapai puncak
kejayaannya. lskandar Muda beberapa melakukan penyerangan terhadap
Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka. Aceh juga menduduki
daerah-daerah seperti Aru, Pahang, Kedah, Perlak dan Indragiri, sehingga
wilayah Aceh sangat luas.
Sultan
lskandar Muda digantikan oleh menantunya yang bergelar Sultan lskandar
Thani (1636 - 1641). la melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan lskandar
Muda, tetapi ia tidak lama memerintah karena wafat tahun 1641 M.
Penggantinya, permaisurinya (Putri lskandar Muda), yang bergelar Putri
Sri Alam Permaisuri (1641 - 1675). Sejak itu Kerajaan Aceh terus
mengalami kemunduran dan akhimya runtuh karena dikuasai Belanda.
3. KERAJAAN DEMAK
Pada
mulanya Demak dikenal dengan nama Glagah Wangi. Sebagai Kadipaten dari
Majapahit, Demak dikenal juga dengan sebutan Bintoro. Kata Demak
merupakan akronim yang berarti gede makmur atau hadi makmur yang berarti
besar dan sejahtera. Faktor-faktor pendorong berdirinya Kerajaan Islam
Demak adalah :
1. Runtuhnya
Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam mencari tempat
persinggahan dan perdagangan baru, diantaranya Demak.
2. Raden
Fatah sebagai pendiri Kerajaan Demak masih keturunan raja Majapahit,
Brawijaya V, dalam perkawinannya dengan putri Ceumpa yang beragama
Islam.
3. Raden Fatah mendapat dukungan dari para wali, yang sangat dihormati pada waktu itu.
4. Banyak adipati-adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Fatah.
5. Mundur dan runtuhnya Majapahit karena Perang Paregreg.
6. Pusaka
keraton Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada
Raden Fatah. Dengan demikian Kerajaan Islam Demak merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Majapahit dalam bentuknya yang baru.
Pada
tahun 1500 M, Raden Fatah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Raden Fatah mendirikan kesultanan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar
al Fatah (1500 -1518 M). Pada tahun 1518 Raden Fatah wafat. la
digantikan putranya bernama Adipati Unus (Muhammad Yunus. Pati Unus
hanya memerintah selama tiga tahun. la meninggal dalam usia muda. Karena
Pati Unus wafat tidak meninggalkan putra, maka ia digantikan oleh salah
seorang adiknya bernama Raden Trenggana (1521 -1546 M).
Di
bawah pemerintahan Sultan Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaannya.
Pada waktu itu Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat,
bahkan mau mendirikan benteng dan kantor di Sunda Kelapa, dengan
persetujuan raja Pajajaran, Samiam. Oleh karena itu pada tahun 1522
Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat dipimpin oleh Fatahillah. la
berhasil menduduki Banten dan Cirebon serta mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak itu Sunda Kelapa dirubah
namanya menjadi Jayakarta.
Perluasan
pengaruh ke Jawa Timur dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu
per satu daerah-daerah di Jawa Timur berhasil dikuasai seperti Madiun,
Gresik, Tuban, Singosari dan Blambangan. Tetapi ketika menyerang
Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggana gugur.
Setelah
Trenggana wafat, terjadi perebutan kekuasaan antara Surawiyata atau
Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Sunan Prawoto
(putra Trenggana). Surawiyata berhasil dibunuh oleh utusan Sunan
Prawoto. Putra Surawiyata bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut
balas dan berhasil membunuh Sunan Prawoto.
Arya
Penangsang kemudian menduduki tahta kerajaan Demak. Kekacauan kembali
memuncak ketika Arya Penangsang membunuh adipati Jepara bernama Pangeran
Hadiri. Ia adalah suami dari Ratu Kalinyamat, adik kandung Sunan
Prawoto. Pembunuhan itu dilakukan karena Hadiri dianggap telah ikut
campur dalam persoalannya dengan Sunan Prawoto.
Kalinyamat
akhirnya mengangkat senjata memberanikan diri untuk melawan Arya
Penangsang. Ia berhasil menggerakkan adipati-adipati dan pejabat lain
untuk melawan Arya Penagsang. Akhirnya Arya Penangsang berhasil dibunuh
oleh Ki Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan dan putra
angkatnya Bagus Dananjaya serta Ki Penjawi dan Juru Mertani. Kemudian
JakaTingkir naik tahta dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pusat
pemerintahan dipindahkan dari Demak ke Pajang.
4. KERAJAAN BANTEN
Setelah
berhasil menduduki Banten, Fatahillah berkuasa didaerah tersebut.
Sedangkan daerah Cirebon diserahkan kepada putranya bernama Pangeran
Pasarean. Pada tahun 1522 Pangeran Pasarean wafat. Sehingga Fatahillah
menyerahkan Banten kepada putranya Hasanuddin. Sedangkan Fatahillah
memilih memerintah di Cirebon. Ia dikenal dengan sebutan Sunan Gunung
Jati. Sultan Hasanuddin dikenal sebagai Sultan pertama di Banten
berhasil memperluas daerah kekuasaannya ke Lampung. Pada tahun 1570 M,
Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan putranya bergelar Panembahan
Yusuf.
Pada
tahun 1579 M. Panembahan Yusuf berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu
terakhir di Jawa Barat, kerajaan Pakuan Pajajaran. Pada tahun 1580 M,
Panembahan Yusuf wafat. la digantikan putranya yang masih berusia 9
tahun, yaitu Maulana Muhammad. Karena usianya terlalu muda, maka
pemerintahan dipegang oleh seorang Mangkubumi sampai ia dewasa.
Pada
masa pemerintahan Maulana Muhammad datanglah untuk pertama kalinya
orang Belanda di Banten (Indonesia) dipimpin oleh Cornelis de Houtman
tahun 1596. Pada tahun itu pula Maulana Muhammad memimpin pasukan Banten
menyerang Palembang. Serangan ini gagal bahkan Maulana Muhammad
tertembak dan akhimya wafat. la digantikan putranya bernama Abdul
Mufakhir yang baru berumur 5 bulan. Oleh karena itu pemerintahan
dipegang oleh seorang mangkubumi, yaitu Pangeran Ranamenggala, pada
tahun 1608.
Pengganti
Abdul Mutakhir adalah Abdul Fatah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa.
Ia merupakan raja terbesar Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil
memajukan perdagangan. Sehingga Bandar Banten berkembang menjadi bandar
internasional yang dikunjungi oleh kapal-kapal Persia, Arab, Cina,
Inggris, Perancis dan Denmark. Akan tetapi Sultan AgengTirtayasa sangat
anti VOC yang telah merebut Jayakarta dari Banten. Sehingga Belanda pun
selalu berupaya menjatuhkan Banten.
Ketika
terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya
Abdul Kahar yang dikenal sebagai Sultan Haji, Belanda mengambil
kesempatan untuk melancarkan politik adu domba (devide et impera).
Kesempatan itu datang ketika Sultan Haji dalam keadaan terdesak, Ia
meminta bantuan VOC. Akhirnya pada tahun 1682 Sultan Ageng Tirtayasa
menyerah, lalu ditawan di Batavia sampai wafatnya tahun 1692. Setelah
itu, kerajaan Banten terus mengalami kemunduran dan akhirnya dikuasai
sepenuhnya oleh Belanda pada tahun 1775.
5. KERAJAAN MATARAM
Setelah
runtuhnya kerajaan Demak, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang oleh
Sultan Hadiwijaya. Sedangkan Demak hanya sebagai kadipaten dari
Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Arya Pangiri (Putra Prawoto). Kiai
Ageng Pemanahan yang berjasa besar dalam membantu Hadiwijaya mendapat
imbalan daerah Mataram. Dalam waktu singkat Mataram berkembang pesat.
Namun pada tahun 1575 Kiai Ageng Pemanahan meninggal. Pemerintahannya
diteruskan oleh putra angkatnya bernama Bagus Dananjaya atau Sutawijaya.
Sementara
itu Sultan Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582. Pangeran Benowo, Putra
Hadiwijaya, disingkirkan oleh Arya Pangiri. Untuk merebut kembali
kekuasaannya, Pangeran Benowo meminta bantuan, Sutawijaya dari Mataram.
Pajang diserang dan akhirnya Arya Pangiri menyerah. Sedangkan Pangeran
Benowo tidak sanggup untuk menghadapi Sutawijaya. Maka sejak tahun 1586
pusat pemerintahan dipindahkan dari Pajang ke Mataram oleh Sutawijaya.
Sutawijaya
naik tahta Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senapati ing Alaga
Sayyidin Panatagama (1586-1601). Masa pemerintahan Panembahan Senapati
diwarnai dengan perang terus-menerus dalam rangka untuk menundukkan para
bupati yang memberontak maupun untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Sebelum usahanya tersebut selesai, Panembahan Senapati wafat pada tahun
1601. Ia dimakamkan di Kota gede. Penggantinya adalah putranya yang
bernama Mas Jolang (1601 – 1613) dengan gelar Sultan Anyokrowati.
Pada
masa pemerintahan Mas Jolang banyak bupati di Jawa Timur memberontak.
Pemberontakan ini dihadapi dengan susah payah oleh Mas Jolang. Namun
sebelum pemberontakan tersebut dapat diselesaikan pada tahun 1913, Mas
Jolang wafat di Krapyak. Ia juga dimakamkan di Kota Gede. Penggantinya
adalah putranya yang bernama Raden Mas Martapura. Tetapi karena
sakit-sakitan, ia turun tahta dan digantikan oleh Raden Mas Rangsang.
Raden
Mas Rangsang naik tahta dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma
Senapati ing Alaga Ngabdurahman. Di bawah pemerintahannya Mataram
mencapai puncak kejayaannya. Sultan Agung bercita-cita untuk
mempersatukan Pulau Jawa. Akan tetapi, antara Mataram dan Banten
terdapat Batavia, markas VOC, sebagai penghalang. Oleh karena itu pada
tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung mengirim pasukan yang dipimpin oleh
Baurekso untuk menyerang VOC di Batavia yang sedang dipimpin oleh J.P.
Coen, namun kedua serangan itu gagal.
Sultan
Agung wafat pada tahun 1645 . la digantikan putranya yang bergelar
Amangkurat I (1645 -1677). Pada masa pemerintahannya, Belanda mulai
masuk ke daerah Mataram. Bahkan Amangkurat I menjalin hubungan baik
dengan Belanda. Selain itu sikap Amangkurat I yang sewenang-wenang
menimbulkan pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan yang paling
berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura. Dalam pertempuran
itu Amangkurat I terluka dan dilarikan ke Tegalwangi, hingga meninggal.
Pada
masa pemerintahan Amangkurat II (1677 – 1903) Kerajaan Mataram semakin
sempit. Banyak daerah kekuasaannya yang diambil alih oleh VOC. Ibu kota
kerajaan dipindahkan ke Kartasura. Setelah Amangkurat II meninggal,
Kerajaan Mataram semakin suram. Hal ini disebabkan seringkali terjadi
perebutan kekuasaan diantara kaum bangsawan.
Politik
devide et impera Belanda menampakkan hasilnya ketika dilakukan
Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Perjanjian tersebut bertujuan untuk
meredam pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubhumi di Yogyakarta.
Melalui perjanjian tersebut Kerajaan Mataram dipecah menjadi dua, yaitu :
1. Kesuhunan Surakarta, yang dipimpin oleh Susuhanan Paku Buwono III (1749-1788).
2. Kesultanan
Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan Mangkubumi sebagai
rajanya, bergelar Sultan Hamengkubuwono I (1755 - 1792).
Sementara
itu pemberontakan yang dilakukan oleh Mas Said (Pangeran Samber Nyawa)
terhadap Surakarta. Untuk meredam perlawanan itu pada tahun 1757
diadakan perjanjian yang hampir sama dengan Perjanjian Giyanti, yaitu
Perjanjian Salatiga. Isinya menobatkan Mas Said sebagai raja di wilayah
Mangkunegaran yang ketika itu menjadi bagian dari Kasuhunan Surakarta,
dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.
Sejak
tahun 1811 willayah jajahan Belanda di Indonesia jatuh ke tangan
Inggris dengan tokohnya Thomas Stamford Raffles. Ia adalah seorang yang
liberal dan tidak menyukai sistem feodalisme. Sehingga timbullah
ketegangan antara Raffles dengan Keraton Yogyakarta. Akhirnya, pada
tahun 1813, Raffles menyerahkan sebagian wilayah Yogyakarta kepada Paku
Alam. Maka hingga kini kerajaan Mataram pecah menjadi empat kerajaan
kecil, yaitu :
1. Kesuhunan Surakarta
2. Kesultanan Yogyakarta
3. Magkunegaran
4. Paku Alaman
6. KERAJAAN GOWA DAN TALLO
Kerajaan
Gowa dan Tallo (Makasar) menjadi kerajaan Islam karena dakwah dari
Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaiman dari Minangkabau. Setelah masuk
Islam, raja Gowa, Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin. Dan raja
Tallo, Kraeng Mantoaya bergelar Sultan Abdullah,. Kerajaan Gowa-Tallo
terletak pada posisi yang strategis yaitu, diantara jalur pelayaran
antara Malaka dan Maluku.
Sultan
Alaudin memerintah Makasar pada 1591 - 1639. la juga dikenal sebagai
sultan yang sangat menentang Belanda, hingga wafat pada tahun 1639. la
digantikan putranya Sultan Muhammad Said (1639 - 1653). Muhammad Said
mengirimkan pasukan ke Maluku, untuk membantu rakyat Maluku yang sedang
berperang melawan Belanda. Pengganti Muhammad Said adalah putranya
bergelar Sultan Hasanuddin (1653 - 1669).
Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makasar mencapai masa
kejayaannya. Dalam waktu singkat Kerajaan Makasar berhasil menguasai
hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. la juga memperluas wilayah
kekuasaannya di Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores.
Dengan demikian kegiatan perdagangan melalui Laut Flores harus singgah
di Makasar. Hal ini ditentang oleh Belanda, karena hubungan Ambon dan
Batavia yang telah dikuasai oleh Belanda terhalang oleh kekuasaan
Makasar. Keberanian Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak.
Dalam
rangka menguasai Makasar, Belanda melakukan politik devide at impera.
Kesempatan yang baik datang ketika pada tahun 1660 Raja Soppeng – Bone
bernama Aru Palaka yang sedang memberontak kepada kerajaan Gowa. Karena
merasa terdesak Aru Palaka meminta bantuan VOC. Sultan Hasanuddin dapat
dikalahkan dan harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.
Sultan Hasanuddin digantikan putranya Sultan Amir Hamzah. la tidak mampu
mempertahankan Makasar dari serbuan Belanda secara besar-besaran.
Muncul dan berkembangnya Agama Budha
Agama
Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525
SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan
dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
Sidharta
memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah
belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan
martabat manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama
kedudukannya.
Itulah
fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat
Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada
adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan
tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta
kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus
dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari
cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai
kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala kemewahannya
melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya.
Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung
dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir
sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta
sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas
dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan
(nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk
merasakan penderitaan yang sama.
Menurut
agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang
tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran
Hindu dimana hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai
kesempurnaan. Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang
telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan.
Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima
bodhi. Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa
Sansekerta Tri artinya tiga dan pitakaartinya keranjang). Peristiwa
kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada
tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei.
Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha
sebagai Triwaisak.
Dalam
agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini
dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya.
Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya
sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
Agama Budha
Agama
Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan
adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa
rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta.
Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas
pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan
darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat
disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran
agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke
Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta
mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat
kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India
tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara
langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke
Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan
pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah
disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian.
Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda
dengan di India.
INDONESIA PADA MASA KOLONIAL
Pada
tahun 1595 Coenelis de Houtman yang sudah merasa mantap, mengumpulkan
modal untuk membiayai perjalanan ke Timur Jauh. Pada bulan April 1595,
Cornelis de Houtman dan De Keyzer dengan 4 buah kapal memimpin pelayaran
menuju Nusantara. Pada bulan Juni 1596 pelayaran yang dipimpin oleh De
Houtman berhasil berlabuh di Banten.
A. VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)
Atas
prakarsa dari dua tokoh Belanda, yaitu : Pangeran Maurits dan Johan van
Olden Barnevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda
dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberi nama VOC
(Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Maskapai
Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. Pada
tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai oleh
Francois Wittert. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah :
a. Untuk menghindari persaingan tidak sehat antara sesama pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
c. Untuk membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, oleh pemerintah Belanda VOC diberi hak-hak istimewa yang dikenal sebagai Hak Octroi yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Monopoli perdagangan
2. Mencetak dan mengedarkan uang
3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
6. mendirikan benteng
7. menyatakan perang dan damai
8. mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat
Untuk
mendapatkan keuntungan yang besar VOC menerapkan monopoli perdagangan.
Bahkan pelaksanaan monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada
pelaksanaan monopoli bangsa Portugis. Peraturan-peraturan yang
ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain
sebagai berikut :
1. Verplichte Leverantie
2. Contingenten
3. Ekstirpasi
4. Pelayaran Hongi
KEMUNDURAN VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Banyak korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC
2. Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC
3. Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat sangat besar
4.
Adanya persaingan dengan kongsi dagang bangsa lain, seperti kongsi
dagang Portugis (Compagnie des Indies) dan kongsi dagang Inggris (East
Indian Company).
5. Hutang VOC yang sangat besar
6. Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami kemunduran
7. Berkembangnya faham liberalisme, sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan
8.
Pendudukan Perancis terhadap negeri Belanda pada tahun 1795, menganggap
badan seperti VOC tidak dapat diharapkan terlalu banyak dalam
menghadapi Inggris, sehingga VOC harus dibubarkan.
Pada
tahun 1795 dibentuklah panitia pembubaran VOC. Pada tahun itu pula hak
octroi dihapus. VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan
saldo kerugian sebesar 134,7 juta gulden. Selanjutnya semua hutang dan
kekayaan VOC diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda.
B. MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
Pada
tahun 1795, Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan
Perancis, berhasil merebut kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah
pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf. Republik ini menjadi
boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Sedangkan
raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah
peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis sedang
bermusuhan dengan hebatnya.
C. MASA PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
1. LATAR BELAKANG
Karena
secara geografis letak Belanda dekat dengan Inggris, Napoleon Bonaparte
merasa perlu menduduki Belanda. Sehingga pada tahun 1806, Perancis
(Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk “Koninkrijk
Holland” (Kerajaan Belanda) sebagai gantinya. Napoleon kemudian
mengangkat Louis Napoleon sebagai raja Belanda. Hal ini berarti
sejak saat itu pemerintahan yang berkuasa di Indonesia adalah
pemerintahan Belanda-Perancis. Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels
sebagai Gubernur Jendral di Indonesia (1808 – 1811. Daendels mulai
menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utama “mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris”.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1. Pusat pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan agak masuk ke pedalaman
2. Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping Gubernur Jendral dibubarkan dan diganti dengan Dewan Penasehat.
3. Para bupati dijadikan pegawai pemerintahan Belanda.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1. Dalam bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a. Pengadilan untuk orang Eropa
b. Pengadilan untuk orang Pribumi
c. Pengadilan untuk orang Timur Asing
2. Pemberantasan
korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap bangsa Eropa. Akan tetapi
ia sendiri malah melakukan korupsi besar-besaran.
c. Bidang Militer dan Pertahanan
1. Membangun jalan antara Anyer – Panarukan. Jalan ini penting sebagai lalu-lintas pertahanan maupun perekonomian.
2. Membangun
pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan Daendels sebab
hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar sebab ada blokade Inggris
di lautan.
3. Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
d. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan pemberantasan korupsi dengan keras.
2. Pajak
In Natura (Contingenten) dan sistem penyerahan wajb (Verplichte
Leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan
diperberat.
3. Mengadakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman ekspor (kopi).
e. Bidang Sosial
1. Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja rodi untuk membangun jalan Anyer – Panarukan.
2. Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan atau sultan.
3. Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.
Louis
Bonaparte sebagai raja Belanda, akhirnya menarik kembali Daendels.
Penarikan Daendels ke Belanda disertai dengan pengangkatannya sebagai
seorang Panglima Perang yang kemudian dikerahkan ke medan Rusia.
D. MASA PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (Masa Interegnum) 1811 – 1816
1. LATAR BELAKANG
Ketika
akhirnya Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali
ke Eropa. Penggantinya, Gubernur Jendral Jansen, tidak mampu menahan
serangan musuh, sehingga terpaksa menyerah. Akhir dari penjajahan
Belanda – Perancis ini ditandai dengan Kapitulasi Tuntang, yang isinya sebagai berikut :
1. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
3. Semua pegawai Belanda yang mau bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.
4. Semua hutang Pemerintah Belanda yang dulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ini ditandatangani pada tanggal 18 – 9 – 1811, oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssens dari pihak Belanda. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, raja muda Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan sebagai berikut :
1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
2. Sistem pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
3. Bupati-bupati
atau penguasa-penguasa pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial
yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1. Penghapusan
pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte
Leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Kedua peraturan
tersebut dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
2. Menetapkan Sistem Sewa Tanah (Landrent).
3. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.
c. Bidang Sosial
1. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
2. Penghapusan perbudakan.
3. Peniadaan Pynbank (disakiti) yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan Harimau.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan, seperti :
1. Ditulisnya buku berjudul History of Java.
2. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
3. Dirintisnya Kebun Raya Bogor
3. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS STAMFORD RAFLLES
Berakhirnya pemerintahan Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of London, 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani di London oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut :
1. Indonesia dikembalikan kepada Belanda
2. Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris
3. Cochin (di pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris dan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.
E. MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (Nederlandsch Indie) (1816 – 1942)
1. Pemerintahan Komisaris Jendral
Setelah
berakhirnya kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah
Pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan
pemerintahan kolektif yang terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der Capellen.
Mereka berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya
berlangsung dari tahun 1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan
mulai dipegang oleh seorang Gubernur Jendral Van Der Capellen (1816-1824)
Pada
kurun waktu 1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum
konservatif terus berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda
dan di Indonesia semakin memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan Cultuur Stelsel (tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat memberikan keuntungan yang besar bagi negeri induk.
F. PENERAPAN SISTEM TANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) PADA TAHUN 1830 - 1870
a. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1. Di Eropa Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon, sehingga menghabiskan biaya yang besar.
2. Terjadinya Perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda pada tahun 1830.
3. Terjadi
Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan
termahal bagi Belanda. Perang Diponegoro menghabiskan biaya kurang lebih
20.000.000 Gulden.
4. Kas negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan
usaha mempraktekkan gagasan liberal (1816-1830) dalam mengeksploitasi
tanah jajahan untuk memberikan keuntungan besar terhadap negeri induk.
b. Aturan-aturan Tanam Paksa
Ketentuan-ketentuan pokok Sistem Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) tahun 1834, no. 22, beberapa tahun setelah Tanam Paksa dijalankan di Pulau Jawa berbunyi :
1. Persetujuan-persetujuan
akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari
tanahnya untuk penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual dipasaran
Eropa.
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk, tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil
dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; Jika
harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka
kelebihan itu diberikan kepada penduduk.
6. Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan petani, akan menjadi tanggungan pemerintah
7. Bagi
yang tidak memiliki tanah, akan dipekerjakan pada perkebunan atau
pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
Ketentuan
ketentuan tersebut memang kelihatan tidak terlampau menekan rakyat.
Dalam prakteknya, sistem tanam paksa seringkali menyimpang, sehingga
rakyat banyak dirugikan, misalnya:
1. Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan suka rela akan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara-cara paksaan.
2. Luas
tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah mereka.
Seringkali tanah tersebut satu per tiga bahkan semua tanah desa
digunakan untuk tanam paksa.
3. Pengerjaan
tanaman-tanaman ekspor seringkali jauh melebihi pengerjaan tanaman
padi. Sehingga tanah pertanian mereka sendiri terbengkelai.
4. Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek tanam paksa.
5. Kelebihan hasil panen setelah diperhitungkan dengan pajak tidak dikembalikan kepada petani.
6. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani
7. Buruh yang seharusnya dibayar oleh pemerintah dijadikan tenaga paksaan.
c. Akibat-akibat Tanam Paksa
Bagi Belanda
1. Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa
2. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis, pada masa Tanam Paksa mendapat keuntungan besar
3.
Pabrik-pabrik gula yang semula diusahakan oleh kaum swasta Cina,
kemudian juga dikembangkan oleh pengusaha Belanda karena keuntungannya
besar.
4. Belanda mendapatkan keuntungan (batiq slot) yang besar.
Bagi Indonesia
Dampak negatif :
1. Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan
2. Beban pajak yang berat
3. Pertanian utamanya padi banyak mengalami kegagalan panen
4. Kelaparan dan kematian terjadi dimana-mana.
5. Jumlah penduduk Indonesia menurun.
Dampak positif :
1. Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru
2. Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
Karena
reaksi-reaksi tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda
mulai mengurangi pemerasan lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan
sistem politik ekonomi liberal kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa
adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
G. POLITIK EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1. LATAR BELAKANG
a. Pelaksanaan
Sistem Tanam Paksa yang telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi
namun memberikan keuntungan besar bagi Pemerintah Kerajaan Belanda.
b. Berkembangnya
faham liberalisme sebagai akibat dari Revolusi Perancis dan Revolusi
Industri sehingga sistem Tanam Paksa tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
c. Kemenangan
Partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda
menerapkan sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya (Indonesia).
d. AdanyaTraktat
Sumatera, 1871, yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan
wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya Inggris meminta Belanda
menerapkan sistem ekonomi liberal di Indonesia, agar pengusaha Inggris
dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ini dilandasi dengan beberapa peraturan diantaranya sebagai berikut :
1. Indische Comptabiliteit Wet, 1867.
2. Suiker Wet
3. Agrarische Wet (Undang-undang Agraria),1870.
4. Agrarische Besluit, 1870.
2. PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Sejak
tahun 1870 di Indonesia diterapkan Imperialisme Modern (Modern
Imperialism). sejak tahun tersebut di Indonesia telah diterapkan Opendeur Politiek
yaitu politik pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing.
Disamping modal swasta Belanda sendiri, modal swasta asing lain juga
masuk ke Indonesia, seperti modal dari Inggris, Amerika, Jepang dan
Belgia. Modal-modal swasta asing tersebut tertanam pada sektor-sektor
pertanian dan pertambangan, seperti karet, teh, kopi, tembakau, tebu,
timah dan minyak. Sehingga perkebunan-perkebunan dibangun secara luas
dan meningkat pesat.
3. AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
Ø Bagi Belanda :
1. Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah kolonial Belanda.
2. Hasil-hasil
produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda. Pada
tahun 1870 luas tanah di pulau Jawa yang ditanami tebu seluas 54.176
bahu, maka dalam tahun 1900 meningkat menjadi 128.301 bahu.
3. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
Ø Bagi rakyat Indonesia :
- Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk
- Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan gula membawa akibat buruk bagi penduduk. Uang sewa tanah dan upah pekerja menurun.
- Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
- Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan banyak barang-barang impor dari Eropa.
- Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.
- Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenale Sanctie.
H. POLITIK ETIS
1. Latar Belakang
a.
Pelaksanaan sistem tanam paksa yang mendatangkan keuntungan berlimpah
bagi Belanda, namun menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia.
b. Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib buruk rakyat pribumi.
c. Upaya Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
d.
Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi)
seperti Van Kol, Van Deventer, Brooschooft, De Waal, Baron van Hoevell,
Van den Berg, Van De Dem dan lain-lain.
Tokoh
tersebut memperjuangkan agar pemerintah Belanda meningkatkan
kesejahteraan moril dan materiil kaum pribumi, menerapkan desentralisasi
dan efisiensi. Perjuangan mereka kemudian dikenal sebagai Politik Etis.
2. Pelaksanaan Politik etis
Pada
periode 1900 -1925 banyak kemajuan dan perubahan dicapai.
Bangunan-bangunan besar didirikan, semua itu merupakan keharusan dalam
kemajuan yang tidak dapat dielakkan. Perubahan-perubahan tersebut
sebagai berikut :
a. Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum
tahun 1900 pemerintahan di Indonesia dilakukan secara sentralisasi.
Sejak tahun 1854 dikeluarkan peraturan yang memberikan hak kepada
parlemen untuk mengawasi jalannya pemerintahan Hindia-Belanda.
b. Irigasi
Sarana
yang sangat vital bagi pertanian adalah sarana irigasi (pengairan).
Pada tahun 1885 pemerintah telah membangun secara besar-besaran bangunan
irigasi di Brantas dan Demak seluas 96.000 bau. Pada tahun 1908
berkembang menjadi 173.000 bau.
c. Emigrasi (Transmigrasi)
Dalam abad ke-19 terjadi migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, berhubung dengan perluasan tanaman tebu.
d. Edukasi
Pemerintah
kolonial Belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat pribumi,
yaitu Sekolah kelas I (angka satu) untuk anak-anak pegawai negeri dan
orang berkedudukan. Dan sekolah kelas II (angka dua) untuk kepada
anak-anak pribumi pada umumnya.
3. Kegagalan Politik Etis Dan Politik Asosiasi
Kegagalan pelaksanaan politik Etis tersebut nampak dalam :
1. Sejak
pelaksanaan sistem ekonomi liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang
besar, sedangkan tingkat kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah.
2. Hanya
sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan
yang baik dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
3. Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga dominasi bangsa Belanda tetap sangat besar.